Ansell Agro Indonesia

Hadir menjadi mitra yang handal bagi petani Indonesia dalam mendukung pertanian organik dan berkelanjutan.

Follow Us

AAI - Bahaya KoHe (Kotoran Hewan) sebagai Pupuk Tanaman
Read More
Pupuk

Bahaya Penggunakan KoHe (Kotoran Hewan) untuk Pupuk Tanaman

Pernahkah kamu tergoda menggunakan kohe (kotoran hewan) langsung sebagai pupuk tanaman? Praktik ini memang lazim dilakukan, terutama bagi peternak yang ingin memanfaatkan limbah ternaknya. Para petani seringkali merasa bahwa kotoran hewan langsung lebih mudah dan lebih cepat dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Tetapi, kotoran hewan yang tidak diolah dengan baik menjadi bahaya loh! dan dapat menyebabkan kerusakan tanah dan penyakit bagi tanaman itu sendiri. Berbeda dengan pupuk kompos yang telah diolah dengan baik, kohe mentah mengandung berbagai unsur berbahaya yang dapat berakibat fatal bagi tanaman. Artikel ini akan mengupas tuntas bahaya kohe mentah dan membandingkannya dengan pupuk kompos, membuka mata kita semua terhadap alternatif yang lebih aman dan menguntungkan. Mengapa Kotoran Hewan Mentah Bahaya? Kohe mentah, merupakan kotoran hewan yang belum diolah yang teksturnya masih basah dan lembek yang membuatnya belum siap digunakan sebagai pupuk. Meski mengandung kadar nitrogen, fosfor, dan kalium yang tinggi. Sekilas, hal ini tampak menguntungkan bagi tanaman. Namun, faktanya, kandungan nitrogen dalam kohe mentah didominasi oleh amonia yang bersifat toksik bagi tanaman. Amonia ini dapat membakar akar tanaman, menghambat penyerapan air dan nutrisi, dan bahkan menyebabkan kematian tanaman. Kohe mentah juga mengandung patogen berbahaya seperti bakteri, virus, dan parasit yang dapat menulari tanaman dan manusia. Patogen ini dapat menyebabkan berbagai penyakit pada tanaman, seperti busuk batang, layu daun, dan kerontokan buah. Bagi manusia, paparan patogen dari kohe mentah dapat menyebabkan penyakit pencernaan, infeksi kulit, dan bahkan penyakit pernapasan. Selain itu, kohe mentah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan tanah. Kohe bisa menurunkan kualitas tanah dikarena tingkat keasaman tanah meningkat (pH turun) serta berpotensi membunuh mikroorganisme yang memiliki peran penting dalam menjaga kesuburan tanah, menguraikan bahan organik, dan meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Pupuk Kompos: Alternatif Aman dan Menguntungkan Berbeda dengan kohe mentah, pupuk kompos yang telah diolah dengan baik aman dan bermanfaat bagi tanaman. Proses kompos menghancurkan patogen berbahaya dan mengubah amonia menjadi nitrat yang mudah diserap tanaman. Pupuk kompos juga kaya akan bahan organik yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki struktur tanah. Penggunaan pupuk kompos secara rutin dapat meningkatkan hasil panen, mengurangi kebutuhan pupuk kimia, dan menjaga kesehatan tanah dalam jangka panjang. Selain itu, pupuk kompos juga ramah lingkungan karena membantu mengurangi limbah organik dan emisi gas rumah kaca. Tanah ibarat perut kita. Ia membutuhkan makanan yang tepat agar bisa sehat dan menghasilkan panen yang optimal. Membebani tanah dengan kohe (kotoran hewan) mentah seperti memberikan makanan pedas dan basi ke perut –  dampaknya bisa fatal!  Kandungan amonia yang tinggi merusak struktur tanah, mikroorganisme mati, dan nutrisi terganggu. Akibatnya, tanaman jadi gampang sakit dan hasil panen menurun.  Yuk beralih ke Pupuk Organik Ansell ! Diolah dengan sempurna, bebas amonia dan patogen berbahaya, kaya nutrisi yang mudah diserap, serta menjaga kesehatan tanah secara keseluruhan.  Yuk! dapatkan hasil panen melimpah dan ramah lingkungan bersama Ansell Agro Indonesia!

Kenapa Indonesia Masih Impor Jagung
Read More
Agribisnis

Kenapa Indonesia Masih Impor Jagung?

Indonesia, negeri dengan kekayaan alam yang mempesona, namun siapa sangka masih sering harus mengandalkan impor untuk kebutuhan jagungnya. Di saat lumbung-lumbung petani penuh dengan hasil panen, impor jagung terus dilakukan. Hemmm, ada apa gerangan? Jagung merupakan komoditas penting, bukan hanya sebagai bahan pangan manusia, tetapi juga sebagai bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung nasional terus meningkat, seiring dengan pertumbuhan populasi dan industri peternakan. Indonesia yang dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah, seharsnya mampu menjadi produsen utama jagung di kawasan Asia.Saat ini, kebutuhan akan jagung di Indonesia terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dan industri peternakan. Tetapi, kenyataannya masih belum sesuai harapan. Produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan domestik. Pada tahun 2023, Kementerian Pertanian memprediksi produksi jagung mencapai 22,4 juta ton, sementara kebutuhannya mencapai 25,3 juta ton. Pertanyaannya, apa sebenarnya yang menghambat Indonesia meraih posisinya sebagai produsen jagung yang mandiri? Daftar Isi1 Apa yang menyebabkan Indonesia masih harus Impor Jagung?1.1 1. Fluktuasi Produksi1.2 2. Kondisi Cuaca yang Tidak Menentu1.3 3. Ketersediaan Lahan Terbatas1.4 4. Ketergantungan pada Impor Pupuk1.5 5. Kualitas Jagung1.6 6. Ketidakstabilan Harga Jagung2 Dampak Impor Jagung3 Solusi Apa yang menyebabkan Indonesia masih harus Impor Jagung? Berikut merupakan 6 poin penyebab Indonesia tetap mengimpor jagung, yang sudah Ansell rangkum untuk kalian : 1. Fluktuasi Produksi Produksi jagung di Indonesia masih sangat fluktuatif, tergantung pada musim dan cuaca. Musim kemarau yang panjang sering kali menyebabkan gagal panen, sehingga produksi jagung menurun drastis. 2. Kondisi Cuaca yang Tidak Menentu Indonesia sering kali mengalami tantangan cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan, atau pola musim yang tidak menentu. Hal ini dapat mengganggu proses penanaman, pertumbuhan, dan panen jagung secara konsisten. 3. Ketersediaan Lahan Terbatas Alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan infrastruktur dan permukiman menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketersediaan lahan untuk tanaman jagung semakin terbatas. 4. Ketergantungan pada Impor Pupuk Produksi jagung yang optimal memerlukan pemupukan yang tepat. Namun, Indonesia masih mengimpor sebagian besar pupuk yang dibutuhkan untuk pertanian. Ketergantungan ini membuat harga pupuk menjadi tidak terjangkau bagi sebagian petani, sehingga mengurangi produktivitas pertanian. 5. Kualitas Jagung Kualitas jagung lokal masih belum memenuhi standar industri peternakan. Hal ini menyebabkan peternak lebih memilih jagung impor yang memiliki kualitas lebih baik. 6. Ketidakstabilan Harga Jagung Ketidakpastian harga jagung di pasar domestik juga menjadi faktor penghambat. Petani sering kali tidak memiliki jaminan harga yang stabil untuk hasil panen mereka, sehingga kurang termotivasi untuk meningkatkan produksi jagung. Dampak Impor Jagung Impor jagung yang terus menerus dapat memberikan dampak negatif bagi petani jagung lokal. Harga jagung di pasaran akan turun, sehingga petani akan mengalami kerugian. Solusi Pemerintah perlu melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi jagung nasional, seperti: