Ansell Agro Indonesia

Hadir menjadi mitra yang handal bagi petani Indonesia dalam mendukung pertanian organik dan berkelanjutan.

Follow Us

LEBAH SAHABAT PETANI
Read More
Agribisnis Edukasi

Peran Penting Lebah dalam Pertanian

Pernah ga sih terpikirkan betapa pentingnya lebah bagi kehidupan kita? Serangga kecil ini memiliki peran yang sangat penting dalam pertanian loh! Karena tanpa lebah, produksi pangan dunia akan terancam! Bagaimana bisa? Jawabannya terletak pada sebuah proses alami yang disebut polinasi. Apa sih polinasi itu? Polinasi adalah proses perpindahan serbuk sari dari bagian jantan (benang sari) ke bagian betina (putik) pada tumbuhan. Proses polinasi terjadi saat seekor lebah hinggap di sebuah bunga untuk menghisap nektar lalu tubuhnya akan dipenuhi oleh serbuk sari. Ketika lebah terbang ke bunga lain, serbuk sari ini akan menempel dan memungkinkan terjadinya pembuahan dan menghasilkan buah serta biji. Pada umumnya, proses penyerbukan ini diketahui terjadi pada bunga, akan tetapi, proses polinasi juga terjadi pada berbagai jenis tumbuhan lain yang menghasilkan biji. Penyerbukan ini memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman hortikultura karena, sekitar sepertiga dari produksi tanaman pangan global bergantung pada penyerbuk seperti lebah. Proses ini mungkin terlihat sederhana dan sepele, namun ternyata memiliki dampak yang sangat besar bagi keberagaman hayati dan produksi pangan. Tanpa adanya polinasi, tanaman tidak akan bisa menghasilkan buah dan biji, sehingga siklus hidup tumbuhan terputus. Baca juga : Burung Hantu Tyto Alba Predator Alami Pengusir Tikus Jenis Lebah Lebah dianggap sebagai penyerbuk terpenting di sebagian besar lingkungan, termasuk agroekosistem. Sebagian besar dari 25.000 hingga 30.000 spesies lebah (Hymenoptera: Apidae) merupakan penyerbuk yang efektif. Tidak hanya lebah madu, berikut beberapa jenis lebah yang memiliki peran penting dalam penyerbukan tanaman adalah Lebah Bumi (Andrena spp.), Lebah Kayu (Xylocopa spp.), Lebah Mason (Osmia spp.), dan Lebah Kuku (Megachile spp.). Contoh lainnya adalah, Lebah T. laeviceps merupakan salah satu spesies dari stingless bees yang berperan penting dalam penyerbukan tanaman di daerah tropik. Lalu Di Brazil, T. spinipes dapat meningkatkan hasil panen pada jambu monyet (cashew) dari rata-rata 780 g per pohon menjadi 3.890 g per pohon. Ancaman Bagi Lebah Sayangnya, populasi lebah di seluruh dunia sedang mengalami penurunan drastis akibat berbagai faktor, seperti: Perubahan iklim Hilangnya habitat dan fragmentasi Tanaman dan lebah invasif Keanekaragaman genetik rendah Patogen yang disebarkan oleh lebah yang dikelola secara komersial Pestisida Penurunan populasi lebah ini memiliki dampak yang sangat serius bagi pertanian dan keanekaragaman hayati. Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Menanam tanaman yang ramah lebah. Tanam berbagai macam jenis bunga yang mekar sepanjang tahun, untuk menyediakan sumber makanan bagi lebah. Hindari penggunaan pestisida. Pertimbangkan untuk mengurangi penggunaan pestisida atau beralih ke herbisida, fungisida, dan insektisida organik. Terapkan pestisida di waktu tertentu untuk menghindari dampak pada lebah saat mereka paling aktif mencari makan. Membuat habitat yang sesuai. Kita bisa membuat rumah lebah sederhana dari bahan alami seperti bambu atau kayu untuk menyediakan tempat tinggal bagi lebah soliter. Dengan melestarikan lebah, kita bisa membantu dalam meningkatkan produksi pertanian karena lebah berperan penting dalam penyerbukan tanaman, sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Lalu membantu dalam menjaga keanekaragaman hayati karena lebah membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan membantu penyerbukan berbagai jenis tumbuhan. Dan yang terakhir adalah kita bisa membantu dalam meningkatkan kualitas lingkungan, karena dengan adanya lebah, menunjukkan bahwa lingkungan kita masih sehat dan layak huni. Setelah kita tahu peran lebah dalam pertanian, maka kita perlu menjaga kelestarian populasi lebah agar generasi mendatang tetap dapat menikmati hasil alam yang melimpah. Sumber: https://www.museumoftheearth.org/bees/threats Wulandari, Anggraeny P., Atmowidi, T., Kahono, S. 2016. Peranan Lebah Trigona laeviceps (Hymenoptera: Apidae) dalam Produksi Biji Kailan (Brassica oleracea var. alboglabra). Jurnal Agron Indonesia. 45(2):196-203 https://pslh.ugm.ac.id/konservasi-lebah-dan-pencapaian-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sdgs/ Asra, R., Yulianto, Dwi C., Adriadi, A. 2022. Kajian Sistem Polinasi Beberapa Genus Arecaceae Berdasarkan Morfologi Perbungaan. Biospecies. Vol 15. No 2. Page 24 – 38

Read More
Edukasi

Burung Hantu Tyto Alba Predator Alami Pengusir Tikus

Hama tikus menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan pertanian. Namun, tahukah kamu bahwa ada predator alami yang mampu mengatasi masalah ini? Burung hantu Tyto alba, predator alami yang efektif dalam membasmi hama tikus dalam semalam! Burung Hantu, Si Pemburu Malam Tyto alba adalah spesies burung hantu yang tersebar luas di Indonesia, memiliki ciri khas wajah berbentuk hati dan bulu berwarna cokelat pucat. Tyto alba merupakan predator nokturnal yang sangat efisien dalam berburu tikus. Predator burung hantu (Tyto alba) merupakan salah satu cara pengendalian hama secara biologis yang mengacu pada prisip pengendalian hama terpadu (PHT). Dibandingkan dengan penggunaan bahan kimia, penggunaan burung hantu merupakan cara yang aman dan efektif untuk dilakukan. Keunggulan Burung Hantu sebagai Predator Alami Spesialis pemburu tikus Tyto Alba memiliki ukuran tubuh yang relatif lebih besar, dapat beradaptasi dengan baik, mempunyai kemampuan visual yang luar biasa, pendengaran yang tajam, kemampuan terbang dengan senyap, dan mempunyai cakar dan paruh yang kuat. Efisien Seekor Tyto alba mampu memangsa tikus 2 – 5 ekor per hari, sehingga mampu menekan populasi tikus secara signifikan. Ramah lingkungan Karena merupakan predator alami, Tyto alba tidak mencemari lingkungan dan tidak membahayakan organisme lain. Berkelanjutan Dengan menciptakan habitat yang sesuai, populasi Tyto alba dapat dipertahankan secara alami (dapat bertelur 2-3 kali setahun, sekali bertelur 5 – 8 butir). Salah satu contoh keberhasilan penggunaan burung hantu ini adalah pada tahun 2004, Dinas Pertanian Jatim mencatat sedikitnya 46 ha lebih lahan sawah yang rusak akibat serangan tikus, namun jumlah ini mengalami penurunan hingga menjadi 19 ha pada tahun 2005 setelah mendapat bantuan burung hantu. Dengan memanfaatkan Tyto alba, kita dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia dan menciptakan ekosistem pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk melindungi dan melestarikan populasi Tyto alba di alam liar. Maka dari itu, mari kita bersama-sama mendukung upaya pelestarian predator alami dan mengembangkan metode pengendalian hama yang lebih ramah lingkungan. Sumber: Muhibuddin, Anton. Setyawan, Andik. 2014. Budidaya Kelapa Sawit dan Teknik Pengendalian Hama Tikus. Universitas Brawijaya. Fadilla, Bayu. Lizmah, Sumeinika F. Afrillah, M. Ritonga, Novian C. 2022. Potensi Pemanfaatan Burung Hantu Tyto Alba sebagai Predator Alami dalam Pengendalian Hama Tikus pada Tanaman Kelapa Sawit (elaeis guineensis jaqc.) di Divisi II PT. Socfindo Seunagan. Jurnal Ilmiah Pertanian Biofarm. Vol. 18, No. 2. Madusari, Sylvia. Pengendalian Hama Tikus di Perkebunan Kelapa Sawit dengan Menggunakan Burung Hantu (Tyto alba).